Jumat, 16 November 2012

Bagaimanakah karakter dan bahasa suku Jawa



Masyarakat Jawa memiliki karakter yang sangat feodalistik. Salah satu definisi dari feodalistik adalah ketaatan yang membabi buta pada kekuasaan. Meskipun sering dipandang negatif, sikap ini memiliki sisi positif, yakni masyarakat Jawa masih menghormati raja mereka. Raja dianggap bukan hanya sekedar simbolis di era modern saat ini, namun masih mempunyai kekuasaan dan kekuatan. Tentu saja inilah yang membuat budaya Jawa dan segala tradisinya tetap terjaga dengan baik hingga hari ini, meskipun tentu saja mengalami penurunan di sana-sini seperti kebudayaan non populer lainnya.


Sisi negatif yang sering dituduhkan adalah bahwa Jawanisme atau sikap feodal orang Jawa ini yang membentuk mental bangsa Indonesia menjadi mental “buruh”. Sikap ini dianggap sebagai penyumbang besar keterpurukan bangsa ini sehingga kolonialisme dan imperialisme dapat bertahan berabad-abad, bahkan disinyalir hingga kini melalui banyak perusahaan-perusahaan multinasional. Masyarakat Jawa yang dianggap terlalu mengagungkan kekuasaan bisa saja mematikan budaya kritis dengan tetap mendukung orang yang kurang bisa memimpin, dikarenakan pada umumnya banyak yang memilih berada di posisi aman dan nyaman sehingga mendapatkan banyak keuntungan dari hal tersebut.
Feodalisme dalam masyarakat Jawa hingga kini masih terasa, terutama ketika mengingat hampir semua presiden RI adalah orang Jawa. Meskipun pemerintahannya tidak baik atau kurang baik sekalipun, mereka tetap mendapatkan dukungan dari sebagain besar masyarakat yang lebih menyukai kenyamanan. Hal ini sejalan dengan prinsip hidup orang Jawa yang menekankan pada harmoni, sebisa mungkin menghindari konflik yang tidak diperlukan dan tidak berguna. Tak ayal tentu saja predikat sebagai suku dominan di Indonesia baik secara kuantitatif dan kualitatif sering menuai pujian, namun juga tak sering juga sepi akan kritikan. Kritikan ini datang tidak hanya dari suku bangsa lain namun juga orang Jawa sendiri.

Bahasa Jawa sebagai bahasa masyarakat Jawa


Mayoritas orang Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Sebagian lainnya menggunakan bahasa Jawa yang bercampur bahasa Indonesia. Bahasa Jawa bisa dikatakan bahasa yang rumit karena selain memiliki tingkatan berdasarkan siapa yang diajak bicara, bahasa Jawa juga memiliki perbedaan dalam hal intonasi. Aspek bahasa ini mempengaruhi hubungan sosial dalam budaya Jawa. Bahasa Jawa sendiri memiliki berbagai macam variasi dialek atau pengucapan. Pada dasarnya, dialek tersebut dibagi menjadi tiga kelompok.
  1. Bahasa Jawa dialek Cirebon, dialek Tegal, dialek Banyumas dan dialek Bumiayu (dialek barat)
  2. Bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang, dialek Yogyakarta dan dialek Madiun (dialek madya/tengah)
  3. Bahasa Jawa dialek Surabaya, dialek Malang, dialek Jombang, dialek Banyuwangi (dialek timur)
Menurut penelitian beberapa kalangan, saat ini bahasa suku bangsa yang paling bertahan lama dari semua bahasa yang ada di Indonesia adalah bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa memiliki kebanggan yang luar biasa terhadap bahasanya. Dimanapun masyarakat Jawa berada, saat bertemu dengan orang Jawa lain, maka ia akan menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi. Selain itu bahasa Jawa juga merupakan satu-satunya bahasa di Indonesia yang ada program pasca sarjana (S2) di luar negeri, yakni di Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar