Masyarakat Jawa memiliki karakter yang sangat
feodalistik. Salah satu definisi dari feodalistik adalah ketaatan yang membabi
buta pada kekuasaan. Meskipun sering dipandang negatif, sikap ini memiliki sisi
positif, yakni masyarakat Jawa masih menghormati raja mereka. Raja dianggap
bukan hanya sekedar simbolis di era modern saat ini, namun masih mempunyai
kekuasaan dan kekuatan. Tentu saja inilah yang membuat budaya Jawa dan
segala tradisinya tetap terjaga dengan baik hingga hari ini, meskipun tentu
saja mengalami penurunan di sana-sini seperti kebudayaan non populer lainnya.
Sisi negatif yang sering dituduhkan adalah bahwa
Jawanisme atau sikap feodal orang Jawa ini yang membentuk mental bangsa Indonesia
menjadi mental “buruh”. Sikap ini dianggap sebagai penyumbang besar
keterpurukan bangsa ini sehingga kolonialisme dan imperialisme dapat bertahan
berabad-abad, bahkan disinyalir hingga kini melalui banyak
perusahaan-perusahaan multinasional. Masyarakat Jawa yang dianggap terlalu
mengagungkan kekuasaan bisa saja mematikan budaya kritis dengan tetap mendukung
orang yang kurang bisa memimpin, dikarenakan pada umumnya banyak yang memilih
berada di posisi aman dan nyaman sehingga mendapatkan banyak keuntungan dari
hal tersebut.
Feodalisme dalam masyarakat Jawa hingga kini
masih terasa, terutama ketika mengingat hampir semua presiden RI adalah orang
Jawa. Meskipun pemerintahannya tidak baik atau kurang baik sekalipun, mereka
tetap mendapatkan dukungan dari sebagain besar masyarakat yang lebih menyukai
kenyamanan. Hal ini sejalan dengan prinsip hidup orang Jawa yang menekankan
pada harmoni, sebisa mungkin menghindari konflik yang tidak diperlukan dan
tidak berguna. Tak ayal tentu saja predikat sebagai suku dominan di Indonesia
baik secara kuantitatif dan kualitatif sering menuai pujian, namun juga tak
sering juga sepi akan kritikan. Kritikan ini datang tidak hanya dari suku
bangsa lain namun juga orang Jawa sendiri.
Bahasa Jawa sebagai bahasa masyarakat Jawa
Mayoritas orang Jawa menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari. Sebagian lainnya menggunakan bahasa Jawa yang
bercampur bahasa Indonesia.
Bahasa Jawa bisa dikatakan bahasa yang rumit karena selain memiliki tingkatan
berdasarkan siapa yang diajak bicara, bahasa Jawa juga memiliki perbedaan dalam
hal intonasi. Aspek bahasa ini mempengaruhi hubungan sosial dalam budaya Jawa.
Bahasa Jawa sendiri memiliki berbagai macam variasi dialek atau pengucapan.
Pada dasarnya, dialek tersebut dibagi menjadi tiga kelompok.
- Bahasa Jawa dialek Cirebon, dialek Tegal, dialek Banyumas dan dialek Bumiayu (dialek barat)
- Bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang, dialek Yogyakarta dan dialek Madiun (dialek madya/tengah)
- Bahasa Jawa dialek Surabaya, dialek Malang, dialek Jombang, dialek Banyuwangi (dialek timur)
Menurut penelitian beberapa kalangan, saat ini
bahasa suku bangsa yang paling bertahan lama dari semua bahasa yang ada di Indonesia
adalah bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa memiliki kebanggan yang
luar biasa terhadap bahasanya. Dimanapun masyarakat Jawa berada, saat bertemu
dengan orang Jawa lain, maka ia akan menggunakan bahasa Jawa untuk
berkomunikasi. Selain itu bahasa Jawa juga merupakan satu-satunya bahasa di Indonesia
yang ada program pasca sarjana (S2) di luar negeri, yakni di Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar